Kamis, 19 Februari 2015

PERADABAN ISLAM SPANYOL

Edit Posted by with 3 comments


Peradaban Islam Spanyol
A.  Latar Belakang
Islam adalah agama dengan pemeluk terbesar di dunia. Islam pernah mengalami masa-masa keemasan dengan menguasai wilayah tiga perempat bumi ini. Salah satu wilayah yang dikuasai orang Islam yaitu Spanyol (Andalusia). Wilayah yang membuat Islam dikenal di dunia Barat. Wilayah yang mempengaruhi negara-negara Eropa menjadi maju. Eropa bangkit dari keterbelakangannya, kebangkitan itu bukan saja terlihat dalam bidang politik dengan keberhasilan Eropa mengalahkan kemajuan-kemajuan Islam dan bagian dunia lainnya. Terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi itulah yang mendukung keberhasilan politiknya. Kemajuan-kemajuan Eropa ini tidak dapat dipisahkan dari pemerintahan Islam di Spanyol.
Dari Spanyol Islam-lah Eropa banyak menimba ilmu. Kehadiran Islam di Spanyol banyak menarik perhatian para sejarawan. Kemajuan Islam sebelah timur menginjak zaman emasnya, bagian baratnya di Spanyol pun memasuki masa yang sama gemilangnya. Ini adalah masa yang lebih penting artinya, karena terutama melalui keislaman di Spanyol inilah kebudayaan Kristen pada awal abad pertengahan, yang kemudian melahirkan suatu peradaban yang diwarisi oleh orang Barat dewasa ini. Dalam berbagai hal, Islam mengalami kemajuan yang sangat pesat di Spanyol, yaitu dalam bidang Sains, Fiqh, Filsafat, Kesenian, dan sastra. Hal ini diraih selama 7 abad yaitu abad ke 8-15 M. Namun, sebuah peradaban akan selalu mengalami pasang surut. Begitu juga Islam di Spanyol. Ada berbagai hal yang membuat peradaban Islam di Spanyol mengalami keruntuhan. Namun keruntuhan Islam di Spanyol memberikan sumbangsih yang sangat besar terhadap kemajuan Eropa. Peradaban Islam di Spanyol akan menjadi kajian penting dalam makalah ini karena untuk mengetahui sejarah masuknya islam di spanyol, faktor-faktor munculnya peradaban islam spanyol, perkembangan islam di spanyol, kemajuan peradaban islam di spanyol, perekonomian peradaban islam di spanyol, perkembangan pendidikan islam di spanyol, penyebab kemunduran dan kehancuran dan warisan peradaban islam spanyol.

B.  Sejarah Masuknya Islam di Spanyol
Spanyol/Andalusia merupakan pusat peradaban Islam selain Baghdad. Masuknya Islam di Spanyol terjadi masa Khalifah Walid, khalifah bani Umayyah (705-715 M)[1] yang berpusat di Damaskus. Sebelum penaklukan Spanyol, umat Islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu propinsi dari dinasti Bani Umayah.  Penguasa sepenuhnya atas Afrika Utara itu terjadi di zaman Khalifah Abdul Malik (685-705 M). Khalifah Abd Al-Malik mengangkat Hasan ibn Nu’man  Al-ghassani menjadi gubernur di daerah itu. Pada masa Khalifah Al-Walid, Hasan ibn Nu’man sudah digantikan oleh Musa ibn Nushair. 
Di zaman Al-Walid itu, Musa ibn Nushair memperluas wilayah kekuasaanya dengan menduduki  Aljazair dan Maroko. Selain itu, ia juga menyempurnakan penaklukan ke  daerah-daerah bekas kekuasaan bangsa Barbar di pegunungan-pegunungan, sehingga mereka menyatakan setia dan berjanji  tidak akan membuat kekacauan-kekacauan  seperti  yang  pernah mereka lakukan sebelumnya. Penaklukan atas wilayah Afrika Utara itu pertama kali dikalahkan sampai menjadi salah satu propinsi dari Khilafah Bani Umayah memakan waktu selama 53 tahun, yaitu mulai tahun 30 H  (masa pemerintahan Muawiyah ibn Abi Sufyan ) sampai tahun 83 H (masa Al-walid).[2]
Kondisi Spanyol prakedatangan Islam sungguh sangat memprihatinkan, terutama ketika masa pemerintahan Raja Ghotic yang melaksanakan pemerintahannya dengan besi. Kondisi ini menyebabkan rakyat Spanyol menderita dan tertekan. Mereka sangat merindukan datangnya kekuatan Ratu Adil sebagai sebuah kekuatan yang mampu mengeluarkan mereka saat itu. Kerinduan mereka akhirnya menemukan momentumnya ketika kedatangan Islam di Spanyol.[3] Kerajaan ini sering menghasut penduduk agar membuat kerusuhan dan menentang kekuasaan Islam. Setelah kawasan ini betul-betul dapat dikuasai, umat Islam mulai memusatkan perhatiannya untuk menaklukan Spanyol. Dengan demikian, Afrika Utara menjadi batu loncatan bagi kaum muslimin dalam penaklukan wilayah Spanyol.
Dalam proses penaklukan Spanyol terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling berjasa memimpin satuan pasukan ke wilayah tersebut. Mereka adalah Tharif bin Malik, Thariq bin Ziyad, dan Musa bin Nushair. Tharif dapat disebut sebagai perintis dan penyelidikan. Ia menyeberangi selat yang berada diantara Maroko dan benua Eropa itu dengan satu pasukan perang, 500 orang diantaranya adalah tentara berkuda, mereka menaiki tiga buah kapal yang disediakan oleh Julian. Dalam penyerbuan itu Tharif tidak mendapat pelawanan yang berarti. Ia menang dan kembali ke Afrika Utara membawa harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya. Didorong oleh keberasilan Tharif dan kemelut yang terjadi dalam tubuh kerajaan Visigoths yang berkuasa di Spanyol pada saat itu, serta dorongan yang besar untuk memperoleh harta rampasan perang, Musa bin Nushair pada tahun 711 M mengirim pasukan ke Spanyol sebanyak 7.000 orang di bawah pimpinan Thariq bin Ziyad.  
Thariq ibn Ziyad lebih banyak dikenal sebagai penakluk Spanyol, karena pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata. Dalam pertempuran di suatu tempat bernama Bakkah, Raja Roderick dapat dikalahkan. Dari situ Thariq dan pasukannya terus menaklukkan kota-kota penting, seperti Cordova, Ghanada, dan Toledo (ibu kota  kerajaan Goth saat itu ). Sebelum Thariq menaklukan kota Toledo, ia meminta tambahan pasukan kepada Musa ibn Nushair di Afrika Utara. Musa mengirimkan tambahan pasukan sebanyak 5000 personel, sehingga jumlah pasukan Thariq seluruhnya 12.000 orang. Jumlah ini belum sebanding dengan pasukan Gothik yang jauh lebih besar, 100.000 orang. Kemenangan pertama yang dicapai oleh Thariq ibn Ziyad membuka jalan untuk penaklukan wilayah yang lebih luas lagi. Untuk itu, Musa ibn Nushair merasa perlu melibatkan diri dalam gelanggang pertempuran dengan maksud membantu perjuangan Thariq. Dengan suatu pasukan yang besar, ia berangkat menyeberangai selat itu dan satu per satu kota yang di lewatinya dapat ditaklukannya.[4] Sejarah mencatat bahwa panglima Thariq setelah seluruh pasukan selesai menyeberangi selat yang berada di antara Maroko dan benua Eropa, mereka membakar seluruh alat penyeberangan tersebut. Ia pun mengucapkan pidato yang bersejarah: Al-Aduwwu amamakum wal bahru wara’akum fakhtar ayyuma syi’tum. (Musuh di depan kamu, lautan di belakang kamu, silakan pilih mana yang kamu kehendaki).[5] Musa juga berhasil  menaklukan Sidonia, Karmona, Seville, dan Merida serta mengalahkan penguasa kerajaan Gothic, Theodomir di Orihuela, ia bergabung dengan Thariq di Toledo. Selanjutnya, keduanya berhasil  menguasai seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian utaranya, mulai dari Saragosa sampai Navarre. Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat Islam nampak begitu mudah. Hal ini tidak dapat dipisahkan dari adanya faktor eksternal dan internal yang menguntungkan.[6]   

C.  Faktor-Faktor Munculnya Peradaban Islam Spanyol
Faktor eksternal itu antara lain:
1.    Spanyol dalam keadaan tidak stabil baik dalam bidang sosial, politik, ekonomi.
2.    Penguasa Spanyol tidak toleran terhadap agama lain.
3.    Tatanan masyarakat didominasi oleh sistem kasta.
4.    Tentara Spanyol dalam keadaan lemah semangat untuk berperang dikarenakan kejenuhan.
Sedangkan faktor internal adalah:
1.    Pimpinan maupun tentara islam sangat kompak dan penuh percaya diri
2.    Ajaran islam sesuai dengan kerinduan masyarakat Spanyol yaitu suatu ajaran yang mengedepankan roleransi, persaudaraan dan tolong menolong.
Bila ditelaah, maka faktor penyebab kemudahan di atas sama dengan kondisi masuknya Islam di Mesir maupun masa Nabi. Kalaulah masa Nabi keberhasilan beliau disebabkan oleh 3 hal yaitu, (1) kondosi masa itu, (2) karakter orang Arab, (3) ajaran Nabi, maka Islam di Spanyol setidaknya dipengaruhi oleh 3 hal, yaitu (1) ajaran Islam, (2) kondisi masyarakat, (3) ghirah pemimpin dan tentara. Keduanya mempunyai kesamaan baik dari segi ajaran maupun kondisi masyarakat hanya pelaku atau pembawa saja yang berbeda.[7] 
Dunia Islam di Spanyol mengalami kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan kebudayaan, semenjak diperintah oleh para Amir keturunan Bani Umayyah yang berdiri sendiri terpisah dari pemerintahan Bani Abbasiyah di Baghdad, dimulai dimulai dari Abdurrahman Ad-Dakhil. Pada tahun 756 M, kekayaan pengetahuan dan intelektual di Islam Spanyol sangatlah besar pengaruhnya di Eropa, baik filsafat, sains, fiqh, musik, kesenian, bahasa, sastra maupun pembangunan fisik.
D.  Perkembangan Islam di Spanyol
Sejarah panjang Islam Spanyol dapat dibagi enam periode;
1.    Periode Pertama (711-755 M)
Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh khalifah Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas politik negeri Spanyol belum tercapai secara sempurna, berbagai gangguan masih terjadi baik yang datang dari luar maupun dari dalam. Gangguan dari dalam yaitu berupa perselisihan di antara elite penguasa. Gangguan dari luar yaitu datangnya dari sisa-sisa musuh Islam di Spanyol yang tinggal di daerah pegunungan.

2.   Periode kedua (755-912 M)
Pada periode ini Spanyol berada di bawah pemerintahan khalifah Abbasiyah di Baghdad. Amir pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki Spanyol, tahun 138 H/755 M dan diberi gelat Abdurrahman Ad-Dakhil. Saat periode ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh kemajuan baik dalam bidang politik maupun peradaban. Abdurrahman mendirikan Masjid Cordova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar Spanyol.[8] Abdurrahman Al-Dakhil menjadikan Cordova sebagai ibu kota negara yang menjadikannya sebagai pusat perkembangan ilmu pengetahuan, kesenian, dan kesusastraan di seluruh Eropa. Dialah yang telah berusaha memanggil para ahli fikih, alim ulama, ahli filsafat, dan ahli syair agar mau datang ke Spanyol.[9]
3.    Periode ketiga (912-1013 M)
Pada periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abdurrahman III yang bergelar “An-Nasir”. Pada periode umat Islam di Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi daulah Abbasiyah di Baghdad. Abdurrahman mendirikan Universitas Cordova, perpustakaannya memiliki ratusan buku. Pada masa ini, masyarakat dapat menikmati kesejahteraan dan kemakmuran yang tinggi.
4.    Periode Keempat (1013-1086 M)
Pada masa ini Spanyol terpecah menjadi lebih dari 30 negara kecil di bawah pemerintahan raja-raja golongan atau Al-Mulukuth Thawaif yang berpusat di suatu kota seperti Sevilla, Cordova, Toledo, dan sebagainya. Pada periode ini umat Islam di Spanyol kembali memasuki pertikaian intern. Walaupun demikian, kehidupan intelektual terus berkembang diperiode ini.
5.    Periode Kelima (1086-1248 M)
Pada periode ini Spanyol Islam meskipun masih terpecah dalam beberapa negara, tetapi terdapat satu kekuatan yang dominan  yakni kekuasaan Dinasti Murabithun (1086-1143 M) dan Dinasti Muwahiddun (1146-1235 M). Dalam perkembangan selanjutnya, pada periode ini kekuasaan Islam Spanyol dipimpin oleh penguasa-penguasa yang lemah sehingga mengakibatkan beberapa wilayah Islam dapat dikuasai oleh kaum Kristen.
6.   Periode Keenam (1248-1492 M)
Pada periode ini Islam hanya berkuasa di Granada di bawah Dinasti Ahmar (1232-1492). Peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman An-Nasir. Akan tetapi, secara politik dinasti ini hanya berkuasa di wilayah yang kecil. Kekuasaan Islam yang merupakan pertahanan yang terakhir di Spanyol ini berakhir karena perselisihan orang-orang istana dalam memperebutkan kekuasaan.

E.   Kemajuan Peradaban Islam di Spanyol
Kemajuan Islam di Spanyol sangat menonjol dalam berbagai bidang, baik dalam bidang intelektual yang menyebabkan kebangkitan Eropa saat ini, bidang kebudayaan dalam hal ini bangunan fisik atau arsitektur, maupun bidang-bidang lainnya. Puncak kemajuan peradaban Islam di Spanyol berdampak bagi kemajuan peradaban Eropa.[10]
1.    Kemajuan Intelektual
Spanyol adalah negeri yang subur. Kesuburan itu mendatangkan penghasilan ekonomi yang tinggi dan pada gilirannya banyak menghasilkan pemikir. Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari komunitas-komunitas Arab (Utara dan Selatan, al-Muwalladun (orang-orang Spanyol yang masuk Islam, Barbar  (umat Islam yang  berasal dari Afrika Utara), al-Shaqalibah (penduduk daerah antara Konstantinopel dan Bulgaria yang menjadi tawanan Jerman dan dijual kepada penguasa Islam untuk dijadikan tentara bayaran),  Yahudi, Kristen Muzareb yang berbudaya Arab, dan Kristen yang masih menentang kehadiran Islam.  Semua komunitas itu,  kecuali yang terakhir, memberikan saham intelektual terhadap terbentuknya lingkungan budaya Andalus yang melahirkan kebangkitan ilmiah, sastra, dam pembangunan fisik di Spanyol.

a.    Filsafat
Tokoh utama pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakr Muhammad ibn Al-Sayigh yang lebih dikenal dengan Ibn Bajjah. Dilahirkan di Saragosa, ia pindah ke Sevilla dan Granada. Meninggal karena keracunan di Fez tahun 1138 M dalam usia yang masih muda. Seperti Al-Farabi dan Ibn Sina di Timur, masalah yang dikemukakannya bersifat etis dan eskatologis. Magnum opusnya adalah Tadbir al-Mutawahhid.Tokoh utama kedua adalah Abu Bakr ibn Thufail, penduduk asli Wadi Asy, sebuah dusun kecil di sebelah Timur Granada dan wafat pada  usia lanjut tahun 1185 M. Ia banyak menulis masalah kedokteran, astronomi, dan filsafat. Karya filsafatnya yang sangat terkenal adalah Hay ibn Yagzhan.
Bagian akhir abad ke-12 M menjadi saksi munculnya seorang pengikut Aristoteles yang terbesar di gelanggang filsafat dalam Islam , yaitu Ibn Rusyd dari Cordova. Ia lahir tahun 1126 M dan meninggal tahun 1198 M. Ciri khasnya adalah kecermatan dalam menafsirkan naskah-naskah Aristoteles dan kehati-hatian dalam menggeluti masalah-masalah menahu  tentang kesenian filsafat dan agama. Dan juga ahli fiqh dengan karyanya Bidayah al-Mujtahid.[11] Averros juga menulis buku kedokteran Al- Kulliyah fi Ath-Thib.[12]
b.    Sains
Sains yang berkembang di Andalusia pada masa itu banyak sekali,  diantaranya ilmu Kedokteran, Matematika, Kimia, Fisika, Pertanian, dan lain-lain. Diantara para ilmuan yang termasyhur; dalam bidang ilmu Kimia dan Astronomi adalah ibn Parnas. Ia adalah orang pertama yang menemukan pembuatan kaca dan batu. Di bidang kedokteran terkenal pula para ilmuan, seperti Ibn Rusyd, dengan karyanya kitab al Kulliyat fi al-Thibb (tentang filsafat kedokteran), Ibn Ja’far al Ghafiqi dengan karyanya al-Adawiyah al-Mufradah (uraian tentang bermacam-macam obat-obatan) dan Abu Zakaria Yahya ibn Awwam dengan karyanya al Filahat (Uraian tentang berbagai macam pertanian). Masyarakat Islam Spanyol  telah mengenal irigasi dan membangun berbagai sarana perkebunan. Di bidang matematika terkenal Jabir Ibn Aflah Abu Muhammad (w. 1204) dengan karyanya Kitab al-Hai’a yang memuat angka-angka trigonometri.[13] Dalam bidang geografi, yaitu Ibnu Jubar dari Valencia (1145-1228 M), Ibnu Batuthah dari Tangier (1304-1377 M) pengeliling dunia sampai Samudera Pasai (Sumatra) dan Cina. Sedangkan Ibnu Kaldun dari Tunis adalah perumus filsafat sejarah, penulis buku Muqadimah.[14]
c.    Bahasa dan Sastra
Bahasa Arab menjadi bahasa resmi umat Islam di Spanyol, bahasa ini dapat dipelajari di Kuttab, bahkan kepada siswanya diwajibkan untuk selalu melakukan dialog dengan memakai bahasa resmi Islam (bahsa Arab) sehingga bahasa ini menjadi cepat populer dan menjadi bahasa keseharian. Tokoh-tokoh dalam bidang bahasa diantaranya, Ibn Sayidah, Ibn Malik yang mengarang al-Fiyah, Ibn Khuruf, Ibn al-Hajj, Abu Ali al-Isylabi, Abu al-Hasan ibn Usfur, dan Abu Hayyan al-Ghamathi. Dibidang sastra tersohor nama Ibn Abd Rabbih dengan karyanya al Iqd al-Farid, Ibn Bassam dengan karyanya al-Dzakhirah fi Mahasin ahl al-Jazirah, dan al-Fath ibn Khaqan dengan karyanya Kitab al-Qalaid.
d.    Musik dan Kesenian
Di Spanyol berkembang musik yang bernuansa Arab yang merangsang tumbuhnya nilai-nilai kepahlawanan. Banyak tokoh musik dan seni yang bermunculan ketika itu, diantaranya; al-Hasan ibn Nafi yang dijuluki Ziryab.[15] Setiap kali diselenggarakan pertemuan dan jamuan, Ziryab selalu tampil mempertunjukkan kebolehannya. Ia juga terkenal sebagai pengubah lagu. Ilmu yang dimilikinya itu diturunkan kepada anak-anaknya, baik pria maupun wanita, dan juga kepada budak-budak, sehingga kemashurannya tersebar luas.
e.    Fikih
Dalam bidang fikih, Spanyol Islam dikenal sebagai penganut mazhab Maliki. Yang memperkenalkan mazhab ini di sana adalah Ziyad ibn Abd Al-Rahman. Perkembangan selanjutnya ditentukan oleh Ibn Yahya yang menjadi qadhi pada masa Hisyam ibn Abd Al-Rahman. Ahli-ahli fikih lainnya di antaranya adalah Abu Bakr ibn Al-Quthiyah, Munzir  ibn Sa’id Al-Baluthi, dan Ibn Hazm yang terkenal.
2.    Kemegahan Pembangunan Fisik
Pembangunan-pembangunan fisik yang paling menonjol adalah pembangunan gedung-gedung, seperti pembangunan kota, istana, masjid, pemukiman, dan taman-taman. Diantara pembangunan yang megah adalah masjid Cordova, kota Al-Zahra, istana Ja’fariyah di Saragosa, tembok Toledo, istana Al-Makmun, masjid Seville, dan istana Al-Hamra di Granada.
a.    Cardova
Cardova adalah ibu kota Spanyol sebelum Islam, yang kemudian diambil oleh Bani Umayyah. Oleh penguasa Muslim kota ini dibangun dan diperindah. Di antara kebanggaan kota Cordova . menurut Ibn Al-Dala’i, terdapat 491 masjid di sana, di samping itu, ciri khusus kota-kota Islam adalah adanya tempat-tempat pemandian. Di Cordova saja terdapat sekitar 900 pemandian. Di sekitarnya berdiri perkampungan-perkampungan yang indah. Karena air sungai tak dapat diminum, penguasa muslim mendirikan saluran air dari pegunungan yang panjangnya 80 km.
b.    Granada
Granada adalah tempat pertahanan terakhir umat Islam di Spanyol. Di sana berkumpul sisa-sisa kekuatan Arab dan pemikir Islam. Posisi Islam diambil alih oleh Granada di masa-masa akhir kekuasaan Islam di Spanyol. Arsitektur-arsitektur bangunannya terkenal di seluruh Eropa. Istana Al-Hamra yang indah dan megah adalah pusat dan puncak ketinggian arsitektur Spanyol Islam. Istana itu dikelilingi taman-taman yang tidak kalah indahnya.[16]
c.    Sevilla
Kota Sevilla dibangun pada masa pemerintahan Al-Muwahidin. Sevilla pernah menjadi ibu kota uang indah bersejarah. Semulka kota ini adalah rawa-rawa. Pada masa Romawi kota ini bernama Romula Agusta, kemudian diubah menjadi Asyibiliyah (Sevilla). Salah satu bangunan masjid yang didirikan pada tahun 1171 pada masa pemerintahan Sultan Yusuf Abu Ya’kub, kini telah berubah dari masjid menjadi gereja dengan nama Santa Maria de la Sede. Kota Sevilla jatuh ke tangan Raja Ferdinand pada tahun 1248 M.
d.    Toledo
Toledo merupakan kota penting di Andalusia sebelum dikuasai Islam. Ketika Romawi menguasai kota Toledo, kota ini dijadikan ibu kota kerajaaan. Dan ketika Thariq bin Ziyad menguasai Toledo tahun 712 M, kota ini dijadikan pusat kegiatan umat Islam, terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan penerjemahan. Toledo jatuh dari tangan umat Islam direbut oleh Raja Alfonso VI dari Castilia. Beberapa peninggalam bangunan masjid di Toledo kini dijadikan gereja oleh umat Kristen.[17] Di Toledo terdapat pula sekolah tinggi dan ilmu pengetahuan Islam pada masa itu.[18]
3.    Faktor-faktor Pendukung Kemajuan
Spanyol Islam, kemajuannya sangat ditentukan oleh adanya penguasa-penguasa yang kuat dan berwibawa, yang mampu mempersatukan kekuatan-kekuatan Umat Islam, seperti Abd Al-Rahman Al-Dakhil, Abd Al-Rahman Al-Wasith dan Abd Al-Rahman Al-Nasir. Keberhasilan politik pemimpin-pemimpin tersebut di tunjang oleh kebijaksanaan penguasa-penguasa lainnya yang mempelopori kegiatan-kegiatan ilmiah yang terpenting di antara penguasa dinasti Umayyah di Spanyol dalam hal ini adalah Muhammad Ibn Abd Al-Rahman [852-886] dan Al-Hakam 11 Al-Munthashir [961-976]. Toleransi beragama ditegakkan oleh para penguasa terhadap penganut agama kristen dan Yahudi, sehingga mereka ikut berpartisipasi mewujudkan peradapan  Arab Islam di Spanyol. Untuk orang Kristen, sebagaimana juga orang-orang Yahudi disediakan hakim khusus yang menangani masalah sesuai dengan ajaran agama mereka masing-masing. Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk, terdiri dari berbagai komunitas, baik agama maupun bangsa. Dengan ditegakkannya toleransi agama, komunitas - komunitas itu dapat bekerja sama dan menyumbangkan kelebihannya masing-masing.
Meskipun ada persaingan yang sengit antara Abbasiyyah di Bagdad dan Umayyah di Spanyol, hubungan budaya dari Timur dan Barat tidak selalu berupa peperangan. Sejak abad ke-11 M dan seterusnya, banyak sarjana mengadakan perjalanan dari ujung barat wilayah Islam ke ujung timur, sambil membawa buku-buku dan gagasan-gagasan. Hal ini menunjukkan bahwa, meskipun Umat Islam terpecah dalam beberapa kesatuan politik, terhadap apa yang disebut kesatuan budaya dunia Islam. Perpecahan politik pada Muluk Al-Thawaif dan sesudahnya tidak menyebabkan mundurnya peradaban masa itu. Bahkan, puncak kemajuan ilmu pengetahuan, kesenian dan kebudayaan Spanyol Islam. Setiap Dinasti di Malaga, Toledo, Seville, Granada, dan lain-lain berusaha menyaingi Cordova. Kalau sebelumnya Cordova merupakan satu-satunya pusat ilmu dan peradaban Islam di Spanyol, Muluk Al-Thawaif berhasil mendirikan peradaban baru yang di antaranya justru lebih maju.[19]




F.   Perekonomian Peradaban Islam di Spanyol
Ketika Afrika (Timur dan Barat) menikmati kenyamanan dalam segi material, kebersamaan, keadilan, dan kesejahteraan tetangganya di jazirah Spanyol berada dalam keadaan menyedihkan di bawah kekuasaan tangan besi penguasa Visighotic. Di sisi lain, kerajaan berada dalam kemelut yang membawa akibat pada penderitaan masyarakat. Akibat perlakuan yang keji, koloni-koloni Yahudi yang penting menjadi tempat-tempat perlawanan dan perkembangan. Perpecahan dalam negeri Spanyol ini banyak membantu membantu keberhasilan campur tangan Islam di tahun 711 M. Perpecahan ini amat banyak coraknya dan sudah ada jauh sebelum kerajaan Gothic berdiri.
Perpecahan politik memperburuk keadaan ekonomi masyarakat. Ketika Islam masuk  ke Spanyol, ekonomi masyarakat dalam keadaan lumpuh. Padahal, sewaktu Spanyol berada di bawah pemerintahan Romawi, berkat kesuburan tanahnya, pertanian maju pesat. Demikian juga pertambangan, industri, dan perdagangan karena didukung oleh sarana trasportasi yang baik. Akan tetapi, setelah Spanyol berada di bawah kekuasaan kerajaan Goth, perekonomian lumpuh dan kesejahteraan masyarakat menurun. Hektaran tanah dibiarkan terlantar  tanpa digarap, beberapa pabrik ditutup, dan antara satu daerah dengan daerah lain sulit dilalui akibat jalan-jalan tidak mendapat perawatan. Buruknya kondisi sosial, ekonomi, dan keagamaan tersebut terutama disebabkan oleh keadaan politik yang kacau. Kondisi terburuk terjadi pada masa pemerintahan Raja Roderick, Raja Goth terakhir yang dikalahkan Islam.[20]
Setelah masuknya Islam di Spanyol orang-orang Islam juga memperkenalkan pertanian padi, perkebunan jeruk, kebun-kebun dan taman-taman. Industri, disamping pertanian dan perdagangan, juga merupakan tulang punggung ekonomi Spanyol Islam. Di antaranya adalah tekstil, kayu, kulit, logam, dan industri barang-barang tembikar.


G.  Perkembangan Pendidikan Islam di Spanyol
Keadaan pendidikan di Spanyol antara lain ditandai dengan berdirinya masjid dan lembaga-lembaga pendidikan lainnya. Pendidikan di Spanyol, baik tingkat dasar maupun menengah pada umumnya diberikan di masjid-masjid. Masjid menjadi basis sentral dalam perngembangan ilmu pengetahuan, baik pengetahuan agama maupun umum.[21]
1.    Faktor-faktor yang mendorong perkembangan pendidikan Islam di Spanyol
a)    Adanya dukungan dari penguasa, menyebabkan pendidikan Islam maju dengan cepat.
b)   Adanya beberapa sekolah dan universitas di beberapa kota di Spanyol.
c)    Banyaknya para sarjana Islam yang datang dari ujung Timur dan ujung Barat wilayah Islam.
d)   Adanya persaingan antara Abbasiyah di Baghdad dan Umayyah di Spanyol dalam bidang ilmu pengetahuan dan peradaban.
e)    Pemerintahan juga memberikan subsidi yang banyak terhadap pendidikan.
f)     Akses untuk pendidikan bagi semua rakyat dibuka selebar-lebarnya tanpa membedakan suku, ras, agama, dan golongan.
g)    Perhatian masyarakat dalam menuntut ilmu sangat besar dengan mempelajari berbagai macam disiplin ilmu, tanpa membedakan dari manapun datang.
2.    Lembaga pendidikan Islam di Spanyol
Diantara lembaga pendidikan Islam yang berkembang di Spanyol adalah:
a)    Kutab
Kutab termasuk lembaga pendidikan rendah yang sudah tertata dengan rapi saat itu, sehingga kuta-kutab itu mempunyai banyak tenaga pendidikan dan siswa-siswanya. Para siswa mempelajari berbagai macam disiplin ilmu pengetahuan selain ilmu agama, seperti fiqh, bahasa dan sastra, musik dan kesenian.
b)                      Madrasah
Ketika umat Islam berkuasa di Spanyol mereka telah mendirikan madrasah yang tidak sedikit jumlahnya guna menompang pengembangan pendidikan. Madrasah-madrasah itu terbesar di seluruh daerah kekuasaan Islam, antara lain Qurthubah (Cordova), Isybiliah (Seville), Thulaithilah (Toledo), Gharnathah (Granada) dan lain sebagainya.
c)    Perguruan Tinggi
Di Andalusia banyak sekali didirikan Univeritas. Diantara Universitas tersebut adalah Universitas Cordova. Perguruan tinggi ini telah menjadi pilihan utama bagi generasi muda yang mencintai ilmu pengetahuan, baik yang datang dan belahan Asia, Eropa, Afrika dan belahan dunia lainnya. Di Universitas ini diajarkan ilmu kedokteran, teologi, hukum, Islam, kimia dan lain-lain.
d)   Perpustakaan sebagai sarana pendukung
Pemerintahan menyediakan prasarana-prasarana yang mendukung. Diantaranya adalah fasilitas perpustakaan, perpustakaan yang menonjol di kalangan muslim pada saat itu adalah perpustakaan yang dibangun oleh Abdul Mutrif, seorang hakim Cordova, kebanyakan berisi buku-buku langka, masterpieces-masterpieces kaligrafi, memperkejakan enam orang penyalin yang bekerja sepenuh waktu. Perpustakaan ini telah terjual dalam satu lelang terbuka setelah ia wafat pada tahun 1011 seharga 40.000 dinar.[22]

H.  Penyebab Kemunduran dan Kehancuran Islam di Spanyol
Faktor penyebab lenyapnya pengaruh Islam di Spanyol, yaitu:
1.    Pergolakan antar suku dan lemahnya para penguasa terbukti dengan munculnya pemerintahan seperti Muluk Thawaif dan lainnya.
2.    Serangan gencar kaum Nasrani, seperti yang dilakukan Fetdinand dan Isabvel sehingga satu persatu kota penting Islam Spanyol dapat direbut.
3.    Loyalitas militer menurun.
4.    Adanya politik adu domba yang dilakukan orang Kristen, di mana banyak para penguasa Islam meminta bantuan mereka ketika dalam keadaan terjepit.
5.    Sikap yang terlalu toleran dari umat Islam seperti adanya kebebasan beragama yang diterapkan penguasa Islam serta membiarkan kerajaan Nastani-Aragon dan Castillah-untuk tetap berkuasa meskipun dengan syarat membayar upeti.
6.    Adanya program reqoncuista.[23]
Menurut Badri yatim faktor kemunduran dan kehancuran Islam di Spanyol, yaitu;
1.    Konflik Islam dengan Kristen.
2.    Tidak adanya ideologi pemersatu.
3.    Kesulitan ekonomi.
4.    Tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan.
5.    Keterpencilan.[24]
Bila dipahami lebih lanjut, redupnya pengaruh Islam di Spanyol tetap disebabkan 2 faktor internal dan eksternal yang satu sama lain saling terkait. Namun demikian perlu dipahami juga lebih lanjut bahwa faktor eksternal antara lain tekanan-tekanan negara-negara Barat, terlalu kuat bagi pemerintahan Islam di Spanyol yang di atas namakan agama Kristen. Adapun faktor internal yang lebih didominasi tumbuhnya syuubiyah (fanatisme kesukuan) diperkuat dengan lemahnya pemimpin merupakan faktor sekunder yang menyebabkan redupnya pemerintahan Islam di Spanyol terbukti dengan panjangnya masa perang Salib yang berjalan selama 2 abad yang bertujuan memusnahkan pengaruh Islam di negaranya.
I.     Warisan Peradaban Islam Spanyol
Warisan atau peninggalan pada masa peradaban Islam di Spanyol antara lain:
1. Menara Giralda (Seville)
Di kota Seville yang terkenal dengan Giralda, salah satu menara terindah di benua Eropa. Menara ini dulunya adalah minaret (menara masjid) yang kini beralih fungsi sebagai menara lonceng Katedral Seville. Menara setinggi 105 m ini selesai dibangun pada 1198 oleh arsitek Ben Ahmad Baso. Pada puncaknya dulu terdapat kubah tembaga yang kemudian runtuh akibat gempa pada tahun 1365. 
2. Mezquita (Cordoba)
Mezquita (bahasa Spanyol untuk masjid atau mosque) adalah sebutan bagi masjid Agung Cordoba yang kini dialihfungsikan sebagai Katedral Cordoba. Awalnya, bangunan ini adalah sebuah gereja bernama Katedral Saint Vincent yang dibangun pada tahun 600. Setelah Dinasti Ummayad menaklukkan Spanyol, kaum Muslim kemudian mengubah gereja tersebut menjadi masjid. Konon ini dilakukan dengan cara damai, yaitu dengan bermusyawarah dengan umat Kristen dan membeli gereja tersebut.
Pada 987, Masjid Agung Cordoba akhirnya selesai dibangun. Keindahan pilar-pilar masjid ini digambarkan oleh penyair Muhammad Iqbal kala itu bak jajaran pohon palem di sebuah oasis di Syria. Pada 1236, kota Cordoba kembali ditaklukkan oleh tentara Katolik yang kemudian mengalihfungsikan masjid ini menjadi katedral, namun dengan tetap mempertahankan sebagian besar bentuk asli masjid tersebut. 
3. Medina Azahara
Namanya yang indah berarti “kota yang menakjubkan”. Dulunya ini adalah kompleks ibu kota kekhalifahan Ummayad di tanah Andalusia yang terletak 13 km sebelah barat kota Cordoba. Konon lokasi ini dipilih karena keindahan panoramanya. Dibangun antara tahun 936-940, kompleks ini meliputi gedung pertemuan, masjid, kantor pemerintahan, barak, rumah-rumah kediaman, hingga taman. Sayangnya, kompleks ini ditinggalkan oleh umat Muslim sendiri pada tahun 1010 karena perang saudara. Akhirnya kompleks ini terbengkalai dan hanya meninggalkan reruntuhan yang masih bisa kita nikmati sekarang.
4. Alcazar (Seville) 
Alcazar Seville adalah sebuah istana yang dulunya adalah benteng milik kaum Muslim di kota Seville. Hingga kini, istana ini adalah istana tertua di Eropa yang masih digunakan. 
5. Mezquita Bab Al-Mardum
Masjid Cristo de La Luz atau yang sekarang dikenal dengan sebutan Mezquita Bab Al-Mardum. Masjid ini dibangun pada tahun 999 di kota Toledo. Walau ukurannya mungil, masjid ini dihias dengan ukiran batu yang menggambarkan nuansa arsitektur Arabia. Ukiran ini juga tergambar di bagian dalam ruangan yang diwakili oleh ukiran lengkung di bagian langit-langit.
6. Alhambra (Cordoba)
Alhambra, sebuah benteng yang terletak di kota Granada. Bangunan yang didirikan di abad ke-14 itu dirancang dengan banyak ruang terbuka dan interior yang didominasi warna merah, biru, dan keemasan. Dindingnya dihias dengan motif dedaunan dan kaligrafi yang memperkental nuansa Islami pada bangunan bersejarah itu.
7. Alcazaba de Malaga (Malaga)
Alcazaba adalah sebutan bagi benteng peninggalan bangsa Moor (penguasa Muslim di Spanyol). Alcazaba berasal dari bahasa Arab “al qasbah” yang berrati benteng. Benteng ini dibangun pada abad ke-11. Pada bagian dalamnya terdapat taman dengan interior yang sangat indah.[25]

J.    Kesimpulan
Dari beberapa penjelasan di atas mengenai  Peradaban Islam Spanyol, kami dapat menyimpulkan sebagai berikut:
1.    Spanyol/Andalusia merupakan pusat peradaban Islam selain Baghdad. Masuknya Islam di Spanyol terjadi masa Khalifah Walid, khalifah bani Umayyah (705-715 M) yang berpusat di Damaskus. Dalam proses penaklukan Spanyol terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling berjasa memimpin satuan pasukan ke wilayah tersebut. Mereka adalah Tharif bin Malik, Thariq bin Ziyad, dan Musa bin Nushair. Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat Islam nampak begitu mudah.
2.    Faktor-faktor munculnya peradaban Islam Spanyol adanya beberapa faktor Faktor eksternal dan faktor internal.
3.    Perkembangan Islam di Spanyol, Sejarah panjang Islam Spanyol dapat dibagi enam periode;
a.    Periode Pertama (711-755 M)
b.    Periode kedua (755-912 M)
b.    Periode ketiga (912-1013 M)
c.    Periode Keempat (1013-1086 M)
d.    Periode Kelima (1086-1248 M)
e.    Periode Keenam (1248-1492 M)
4.    Kemajuan Peradaban Islam di Spanyol
A.  Kemajuan Intelektual
1)   Filsafat
2)   Sains
3)   Bahasa dan Sastra
4)   Musik dan Kesenian
5)   Fikih
B.   Kemegahan Pembangunan Fisik
5.    Perekonomian Peradaban Islam di Spanyol
Setelah masuknya Islam di Spanyol orang-orang Islam juga memperkenalkan pertanian padi, perkebunan jeruk, kebun-kebun dan taman-taman. Industri, disamping pertanian dan perdagangan, juga merupakan tulang punggung ekonomi Spanyol Islam. Di antaranya adalah tekstil, kayu, kulit, logam, dan industri barang-barang tembikar.
6.    Perkembangan Pendidikan Islam di Spanyol
Keadaan pendidikan di Spanyol antara lain ditandai dengan berdirinya masjid dan lembaga-lembaga pendidikan lainnya. Pendidikan di Spanyol, baik tingkat dasar maupun menengah pada umumnya diberikan di masjid-masjid. Masjid menjadi basis sentral dalam perngembangan ilmu pengetahuan, baik pengetahuan agama maupun umum.
7.    Penyebab Kemunduran dan Kehancuran Islam di Spanyol
a.    Konflik Islam dengan Kristen.
b.    Tidak adanya ideologi pemersatu.
c.    Kesulitan ekonomi.
d.    Tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan.
e.    Keterpencilan.
8.    Warisan Peradaban Islam Spanyol
Warisan atau peninggalan pada masa peradaban Islam di Spanyol antara lain:
a.    Menara Giralda (Seville)
b.    Mezquita (Cordoba)
c.    Medina Azahara
d.    Alcazar (Seville) 
e.    Mezquita Bab Al-Mardum
f.      Alhambra (Cordoba)
g.    Alcazaba de Malaga (Malaga)








[1] Istianah Abu Bakar, Sejarah Peradaban Islam, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), hlm. 107
[2] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2010), hlm. 87-88
[3] Samsul Nizar, Searah Pendidikan Islam: Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah Sampai Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 77
[4] Badri Yatim, Op Cit., hlm. 88-90
[5] Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2009), hlm. 163
[6] Badri Yatim, Op Cit., hlm. 90-91
[7] Istianah Abubakar, Op Cit., hlm. 107-108
[8] Samsul Munir Amin, Op Cit., hlm. 169-170
[9] Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 185
[10] Samsul Munir Amin, Op Cit., hlm. 170-172
[11] Badri Yatim, Op Cit., hlm. 101-102
[12] Samsul Munir Amin, Op Cit., hlm. 174
[13] Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam Napaktilas Perubahan Konsep, Filsafat dan Metodologi Pendidikan Islam dari Era Nabi SAW Sampai Ulama Nusantara, (Jakarta: Kalam Mulia, 2011), hlm. 102
[14] Samsul Munir Amin, Op Cit., hlm. 174
[15] Ramayulis, Op Cit., 101
[16] Badri Yatim, Op Cit., hlm. 103-105
[17] Samsul Munir Amin, Op Cit., 176-177
[18] Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, (Jakarta: Kencana, 2004), hlm. 224
[19] Badri Yatim, Op Cit., hlm. 105-107
[20] Ibid., hlm. 92
[21] Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah, 2010), hlm. 128
[22] Ramayulis, Op Cit., hlm. 97-100
[23] Istianah Abubakar, OP Cit., 117-118
[24] Badri Yatim, Op Cit., 107-108
[25] Samsul Munir Amin, Op Cit., hlm. 175-176

3 komentar: